Pengertian Inflasi, Jenis - jenis dan Teori Inflasi

Inflasi ialah proses kenaikan harga-harga lazim secara terusmenerus. Inflasi akan menimbulkan menurunnya daya beli penduduk , sebab secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Misalnya, besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 7%, sementara pemasukan tetap, hal itu memiliki arti secara riil pemasukan mengalami penurunan sebesar 7% yang hasilnya relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5%.

 Inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat Pengertian Inflasi, Jenis - jenis dan Teori Inflasi

A. Jenis-Jenis Inflasi 

Inflasi yang terjadi mampu dikelompokkan menurut sifat, karena terjadinya, dan berdasarkan asalnya. 

a. Inflasi Berdasarkan Sifatnya 

Berdasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi tiga klasifikasi utama, ialah inflasi rendah, inflasi menengah, inflasi berat, dan inflasi sungguh tinggi. 

1) Inflasi Rendah (Creeping Inflation) 

Inflasi rendah (creeping inflation) yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun. Inflasi ini diperlukan dalam ekonomi sebab akan mendorong produsen untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa. 

2) Inflasi Menengah (Galloping Inflation) 

Inflasi menengah (galloping inflation) yakni inflasi yang besarnya antara 10–30% per tahun. Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif besar. Angka inflasi pada kondisi ini lazimnya disebut inflasi 2 digit, misalnya 15%, 20%, dan 30%. 

3) Inflasi Berat (High Inflation) 

 Inflasi berat (high inflation) adalah inflasi yang besarnya antara 30–100% per tahun, contohnya inflasi yang terjadi pada pertengahan dekade 1960an yang mencapai 600%. 

4) Inflasi Sangat Tinggi (Hyperinflation) 

 Inflasi sungguh tinggi (hyperinflation) adalah inflasi yang ditandai oleh naiknya harga secara drastis sampai mencapai 4 digit (di atas 100%). Pada keadaan ini, penduduk tak ingin lagi menyimpan duit, alasannya adalah nilainya turun sangat tajam sehingga lebih baik ditukarkan dengan barang. 

b. Inflasi Berdasarkan Sebabnya 

Berdasarkan sebabnya, inflasi dibagi menjadi dua, adalah sebagai berikut. 

1) Demand Pull Inflation 

 Inflasi ini terjadi sebagai akhir efek ajakan yang tidak diimbangi oleh peningkatan jumlah penawaran produksi. Akibatnya, sesuai dengan hukum undangan, jikalau usul banyak sementara penawaran tetap, harga akan naik. 

Jika hal ini berlangsung secara  terus-menerus, akan menjadikan inflasi yang berkepanjangan. Oleh alasannya adalah itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas buatan gres dengan penambahan tenaga kerja gres.

2) Cost Push Inflation 

Inflasi ini disebabkan alasannya kenaikan ongkos buatan yang disebabkan oleh peningkatan ongkos input atau biaya aspek buatan. Akibat naiknya biaya aspek bikinan, dua hal yang dapat dilaksanakan oleh produsen, ialah langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang serupa atau harga produknya naik sebab penurunan jumlah produksi. 

3) Bottle Neck Inflation 

Inflasi ini dipicu oleh aspek penawaran (supply) atau aspek ajakan (demand). Jika dikarenakan faktor penawaran maka persoalannya yakni sekalipun kapasitas yang ada telah terpakai tetapi permintaannya masih banyak sehingga mengakibatkan inflasi. Adapun inflasi alasannya faktor usul disebabkan adanya likuiditas yang lebih banyak, baik itu berasal dari sisi keuangan (monetary) atau akhir tingginya ekspektasi terhadap usul baru. 

c. Inflasi Berdasarkan Asalnya 

Berdasarkan asalnya, inflasi dibagi menjadi dua, ialah selaku berikut. 

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) 

 Inflasi ini muncul alasannya terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang tampakpada anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya, umumnya pemerintah melaksanakan kebijakan mencetak duit gres. 

2) Inflasi yang berasal dari mancanegara (imported inflation) 

 Inflasi ini muncul alasannya adalah negara-negara yang menjadi kawan jualan sebuah negara mengalami inflasi yang tinggi. Kenaikan harga-harga di luar negeri atau di negara-negara mitra dagang utama (antara lain disebabkan melemahnya nilai tukar) yang secara langsung maupun tidak pribadi akan menyebabkan peningkatan ongkos produksi di dalam negeri. Kenaikan biaya buatan lazimnya akan dibarengi dengan peningkatan harga-harga barang. 

B. Teori Inflasi 

Terdapat tiga teori utama yang menandakan tentang inflasi, di antaranya selaku berikut.

a. Teori Kuantitas 

Teori ini mengacu pada persamaan pertukaran dari Irving Fisher, adalah MV=PT. Menurut teori ini, terdapat tiga penyebab naiknya harga barang secara umum yang cenderung akan mengarah pada inflasi, yaitu sebagai berikut. 

  1. Jika dalam perekonomian, jumlah duit beredar (M) dan transaksi barang buatan (T) relatif tetap, harga (P) akan naik jika sirkulasi uang atau kecepatan perpindahan duit (V) dari satu tangan ke tangan lainnya berjalan cepat (penduduk terlalu konsumtif). 
  2. Jika dalam perekonomian, kecepatan perpindahan duit (V) dan transaksi barang bikinan (T) tetap, peningkatan harga disebabkan oleh terlalu banyaknya duit yang dicetak dan diedarkan ke masyarakat. 
  3. Jika dalam perekonomian, kecepatan perpindahan uang (V) dan jumlah duit beredar (M) tetap, kenaikan harga disebabkan oleh turunnya transaksi barang buatan (T) secara nasional. 

Dengan demikian, persentase peningkatan harga hanya akan sepadan dengan peningkatan jumlah uang beredar atau sirkulasi duit, namun tidak kepada jumlah produksi nasional. 

b. Teori Keynes 

Menurut teori ini, inflasi terjadi alasannya adalah masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Teori ini memfokuskan bagaimana kompetisi dalam mendapatkan penghasilan antargolongan penduduk mampu menyebabkan seruan agregat yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah barang yang tersedia. 

c. Teori Strukturalis 

Teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang. Teori ini menyoroti sebabsebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi. Dengan demikian, pertambahan barang-barang buatan ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya sehingga mengoptimalkan harga materi makanan dan kelangkaan devisa. Hal ini berakibat pada kenaikan hargaharga barang lain sehingga terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan jikalau pembangunan sektor penghasil bahan pangan dan industri barang ekspor tidak ditambah. 

C. Dampak Inflasi 

Inflasi biasanya memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan dalam perekonomian. Adapun efek inflasi di antaranya selaku berikut. 

  • Jika harga barang secara lazim naik terus-menerus, penduduk akan cemas sehingga perekonomian tidak berjalan wajar , alasannya di satu sisi penduduk yang berlebihan duit akan memborong barang, sementara yang kekurangan duit tidak bisa membeli barang, akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya. 
  • Sebagai balasan dari kepanikan tersebut, penduduk cenderung untuk mempesona simpanan secara besar-besaran (rush) untuk berbelanja dan menumpuk barang, kesannya bank kelemahan dana yang memiliki dampak pada tutup atau melarat,serta rendahnya dana investasi yang tersedia.
  • Produsen cenderung memanfaatkan potensi kenai kan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasar sehingga harga akan terus naik. 
  • Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukkan dan fokus produk pada daerah yang masyarakatnya akrab dengan sumber produksi serta masyarakatnya mempunyai banyak duit. 
  • Tingkat pengangguran cenderung akan menurun alasannya adalah penduduk akan tergerak untuk melaksanakan acara produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha. 
  • Jika inflasi berkepanjangan, produsen banyak yang bangkrut alasannya produknya relatif akan kian mahal sehingga tidak ada yang bisa berbelanja. 
  • Masyarakat akan semakin pilih-pilih dalam mengonsumsi, buatan akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan.

Baca Juga
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url