Abad ke–21 ini, perekonomian dunia sudah mengalami pergeseran yang hebat. Kegiatan ekonomi tidak cuma ditujukan untuk menyanggupi keperluan sendiri, namun juga ditujukan memenuhi kebutuhan yang ada di pasar. Di samping itu, dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, kegiatan bikinan telah bisa mengembangkan teknik buatan yang modern.
Dengan demikian, produsen bisa memproduksi barang yang diharapkan penduduk dalam jumlah banyak dengan kualitas yang baik. Barang tersebut tidak saja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal, tetapi dijual ke berbagai wilayah, baik dalam negeri maupun mancanegara.
Namun, tidak semua keperluan konsumen dapat dipenuhi. Hal ini dikarenakan terbatasnya sumber daya ekonomi dan teknologi. Di samping itu, perusahaan dalam memproduksi barang juga mem pertimbangkan faktor keuntungan.
Adanya motif dalam menerima keuntungan, perusahaan condong melakukan usaha yang lebih diperlukan oleh konsumen, memakai teknik bikinan yang paling efisien. Dengan demikian, undangan konsumen mesti berjumpa dengan yang ditawarkan oleh produsen (perusahaan).
1. Perilaku Konsumen
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus melakukan opsi. Pilihan tersebut harus dilakukan supaya pemenuhan kebutuhan dapat meraih utilitas yang maksimal. Setiap orang berlainan dalam menentukan pilihannya.
Sebagai contoh, apakah Anda akan sarapan pagi dengan makan nasi atau makan roti? Setelah sarapan pagi, apakah Anda akan minum teh, kopi, susu, atau air putih? Pengambilan keputusan atas aneka macam opsi yang ada akan membentuk acuan sikap konsumen. Dalam teori sikap pelanggan, ada dua pendekatan yang digunakan, ialah selaku berikut.
a. Pendekatan Utilitas Kardinal (Cardinal Approach)
Pendekatan utilitas kardinal menyatakan bahwa utilitas mampu diukur secara langsung lewat angka-angka. Oleh karena itu, pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan kardinal (cardinal approach). Dalam pendekatan ini, dipakai rancangan Total Utility (TU) dan Marginal Utility (MU).
Untuk memahami penerapan pendekatan utilitas kardinal ini, contohnya sehabis berolahraga, Anda akan merasa haus. Untuk menetralisir rasa haus tersebut, Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas. Kali pertama Anda meminum satu gelas air, Anda akan mendapatkan tingkat utilitas atau utilitas tertentu.
Selanjutnya, Anda meminum air dalam gelas yang kedua. Dengan mengonsumsi air dalam gelas kedua, total utilitas Anda akan meningkat alasannya adalah air dalam gelas kedua memperlihatkan suplemen utilitas. Demikian juga, jikalau Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas ketiga, nilai total utility akan bertambah sebab air dalam gelas ketiga menawarkan tambahan utilitas.
Tambahan utilitas ini disebut utilitas marjinal atau marginal utility . Sejalan dengan hukum utilitas marjinal yang kian menyusut (the law of diminishing marginal utility), bertambah banyak Anda mengonsumsi air, utilitas aksesori yang diperoleh dari mengonsumsi air tersebut makin menyusut.
Utilitas marjinal yang semakin berkurang timbul dari realita bahwa kenikmatan yang Anda dapatkan dari meminum air tersebut akan menurun sejalan dengan kian banyaknya air yang disantap. Dengan kian berkurangnya utilitas suplemen tersebut, utilitas total akan meningkat dengan laju yang kian menurun. Nilai utilitas total akan maksimum pada saat nilai utilitas marjinal sama dengan nol (MU = 0).
b. Pendekatan Utilitas Ordinal (Ordinal Approach)
Dewasa ini, para jago ekonomi menolak ide perihal utilitas yang mampu diukur dengan angka-angka kepada barang yang dimakan seharihari. Kini telah dikembangkan pendekatan gres untuk menjelaskan prinsip memaksimumkan utilitas oleh seorang konsumen dengan pendapatan yang terbatas.
Teori ini diketahui dengan teori utilitas ordinal, yang menyatakan bahwa utilitas tidak dapat dijumlah, melainkan cuma mampu dibandingkan. Kaprikornus, berdasarkan teori ini yang berlaku adalah apakah seorang pelanggan lebih menyukai kombinasi barang tertentu daripada kombinasi barang yang lain. Dalam teori utilitas ordinal dipakai pendekatan kurva utilitas sama (indifference curve) dan garis anggaran (anggaran line).
2. Perilaku Produsen
1) Produksi Ekstraktif
2) Produksi Agraris
3) Produksi Industri
4) Produksi Perdagangan
- Secara langsung dari produsen ke pelanggan. Contohnya pedagang bakso menjual bakso pribadi ke pelanggan.
- Secara semi-pribadi, yakni lewat perantara. Contoh produsen memasarkan ke pedagang eceran, contohnya, warung, toko, supermarket. Kemudian, penjualeceran menjualnya ke konsumen.
- Secara tidak pribadi, yaitu melalui beberapa mediator. Contoh dari produsen ke grosir. Kemudian, ke penjualeceran gres ke konsumen.
5) Produksi Jasa
- jasa bisnis, mirip bank, konsultan, dan lembaga keuangan yang lain;
- jasa perdagangan, mirip swalayan, toko, warung, dan perjuangan perawatan dan perbaikan;
- jasa infrastuktur, seperti jasa komunikasi dan transportasi;
- jasa sosial atau personal, seperti kedai makanan dan kesehatan;
- manajemen publik, mirip pendidikan dan pemerintahan.