Nilai Sosial : Pengertian, Jenis - jenis, Ciri - ciri dan Tolak Ukur

Setiap manusia mempunyai patokan yang berlainan-beda perihal baik buruknya sesuatu. Tidak terkecuali dirimu. Pandangan tentang baik buruknya sesuatu dalam sosiologi dinamakan nilai sosial. Menurut Koentjaraningrat, nilai sosial merupakan konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam fikiran sebagian besar dari warga masyarakat perihal hal-hal yang mereka anggap bernilai dalam hidup. 


Setiap manusia memiliki kriteria yang berbeda Nilai Sosial : Pengertian, Jenis - jenis, Ciri - ciri dan Tolak Ukur

Oleh sebab itu, sebuah nilai berfungsi selaku aliran sikap dalam masyarakat. Seperti kerja sama, persaudaraan, rasa kekeluargaan, ketaatan, kedisiplinan, kebersihan, ketertiban, dan lain-lain. Begitu pentingnya nilai bagi masyarakat, maka nilai diaktualisasikan dalam bentuk norma-norma sosial yang dilengkapi dengan hukuman-sanksi bagi pelanggarnya.

Pengertian Nilai Sosial

Apa kaitan tugas polisi lalu lintas tersebut dengan nilai sosial? Nilai dalam hal ini, bukanlah angka yang menunjukkan ukuran tertentu tentang sesuatu. Misalnya nilai 8, 9, atau 10 dalam matematika. Atau nilai selesai pertarungan sepak bola 1 : 0 antara Inggris dan Paraguay dalam Piala Dunia. 

Namun, nilai dalam arti sosiologi merupakan sesuatu yang dianggap baik dan diperlukan oleh masyarakat. Ketaatan, keramahan, kesopanan, keayuan jiwa, kebersihan, dan keindahan merupakan beberapa contoh nilai sosial dalam kacamata sosiologi. 

Dengan kata lain, nilai sosial yakni ukuranukuran, patokan-persyaratan, fikiran-fikiran, keyakinankeyakinan, yang hidup dan meningkat dalam masyarakat serta dianut oleh banyak orang dalam lingkungan penduduk tentang apa yang benar, layak, luhur, dan baik untuk dilakukan.

Setiap masyarakat mempunyai tata nilai berlawanan-beda. Nilai-nilai sosial merupakan aktualisasi dari kehendak penduduk perihal segala sesuatu yang dianggap benar dan baik. Menurut Soeleman, nilainilai juga menunjukkan perasaan identitas masyarakat dan memilih seperangkat tujuan yang mau dicapai. 

Oleh kesudahannya, nilai sosial secara biasa dapat dinyatakan selaku keyakinan relatif kepada yang baik dan buruk, yang benar dan salah, kepada apa yang semestinya ada dan apa yang seharusnya tidak ada. Kemudian pengertian tersebut dipertegas kembali oleh Polak. 

Beliau mengemukakan bahwa nilai dimaksudkan sebagai ukuran-ukuran, tolok ukur-tolok ukur, anggapananggapan, dogma-keyakinan tertentu, tentang apa yang benar, pantas, luhur dan baik untuk dikerjakan, dikerjakan atau diamati. 

Selain pemahaman tersebut, terdapat pula beberapa pemahaman nilai sosial menurut para jago. Charles F. Andrian contohnya mengartikan nilai sosial selaku rancangan-rancangan yang sangat umum mengenai sesuatu yang ingin diraih serta menawarkan arah tindakan-langkah-langkah yang harus diambil. Dari pemahaman di atas, mampu disimpulkan bahwa nilai sosial yaitu anggapan-pikiran lazim yang ada dalam alam anggapan penduduk dan menjadi teladan dalam bersikap dan berperilaku laris. 

Setelah mengerti beberapa pemahaman di atas, pernahkah kamu merenungkan mengapa nilai ada dalam penduduk ? Atau dari manakah asal nilai itu? Apakah secara datang-tiba timbul dalam masyarakat lalu disepakati bersama sebagai nilai? 

Atau adakah tindakan yang sistematis dan prosedural serta melalui waktu yang lama untuk menempatkan sesuatu menjadi suatu nilai dalam penduduk ? Pada intinya, adanya nilai sosial dalam penduduk bersumber pada tiga hal yakni dari Tuhan, masyarakat, dan individu. 

a. Nilai yang Bersumber dari Tuhan 

Sumber nilai sosial berasal dari Tuhan umumnya diketahui melalui ajaran agama yang ditulis dalam kitab suci. Dalam ajaran agama, terdapat nilai yang mampu memperlihatkan aliran dalam bersikap dan bertingkah laris kepada sesamanya. Sebagai teladan, adanya nilai kasih sayang, ketaatan, kejujuran, hidup sederhana, dan lainlain. Nilai yang bersumber dari Tuhan sering disebut nilai theonom. 

b. Nilai yang Bersumber dari Masyarakat 

Masyarakat menyepakati sesuatu hal yang dianggap baik dan luhur, lalu membuatnya sebagai suatu aliran dalam bertingkah laris. Sebagai contohnya, kesopanan dan kesantunan kepada orang bau tanah. Nilai yang berasal dari hasil komitmen banyak orang disebut nilai heteronom. 

c. Nilai yang Bersumber dari Individu 

Pada dasarnya, setiap individu mempunyai sesuatu hal yang bagus, luhur, dan penting. Sebagai contohnya, kegigihan dalam bekerja yang dimiliki oleh seseorang. Seseorang berpendapat bahwa kerja keras adalah sesuatu yang penting untuk mencapai sebuah kesuksesan/keberhasilan. Lambat laun nilai ini diikuti oleh orang lain yang pada alhasil akan mengakibatkan nilai tersebut milik bareng . 

Dalam kenyataannya, nilai sosial yang berasal dari individu sering ditularkan dengan cara memberi contoh perilaku yang cocok dengan nilai yang dimaksud. Nilai yang berasal dari individu disebut nilai otonom.

Tolok Ukur Nilai Sosial

Setiap masyarakat memiliki nilai yang berlawanan-beda. Hal ini disebabkan setiap masyarakat mempunyai tolok ukur nilai yang berlawanan-beda pula. Selain itu, perbedaan cara pandang penduduk kepada nilai mendorong hadirnya perbedaan nilai. 

Misalnya, suatu penduduk menjunjung tinggi anggapan tentang waktu ialah uang dan kerja keras. Sedang di masyarakat lain menilai kedua hal tersebut tidak penting atau dianggap selaku gejala materialisme. Contoh lain ialah kebiasaan dan sikap seorang mempertahankan kebersihan tubuhnya dengan mandi saban hari. 

Tindakan mereka didasarkan pada nilai kebersihan dan nilai kesehatan. Masyarakat menilai bahwa kebersihan itu baik. Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di kawasan miskin air. Mandi bukanlah hal yang mesti dijalankan. Menurut mereka menjaga kebersihan tidak harus dengan mandi. Dari dua insiden di atas, tampakadanya perbedaan nilai antara penduduk satu dengan penduduk yang lain. Selain itu, tatanan nilai dalam sebuah penduduk mampu mengalami pergantian atau pergeseran.

Contoh, dalam keluarga tradisional beranggapan bahwa seorang istri ialah konco wingking suami. Dalam keluarga tradisional, tugas seorang wanita cuma mengelola keluarga dan melayani suami. Kebebasan perempuan untuk berbagi potensi serta berkarier menjadi terbatas. 

Namun, seiring dengan kemajuan zaman serta meningkatnya keperluan hidup, eksistensi wanita mulai diakui. Saat ini peran perempuan tidak terbatas pada ibu rumah tangga. Namun, pekerjaan yang umum dijalankan oleh laki-laki tidak jarang pula dijalankan oleh kaum hawa ini. Lantas, apa yang menjadi tolok ukur suatu nilai dalam masyarakat? 

Suatu nilai dapat tetap dipertahankan bila nilai tersebut mempunyai daya guna fungsional, artinya mempunyai kebermanfaatan bagi kehidupan masyarakat itu sendiri, mirip pada acuan di atas. Dengan kata lain, standar nilai sosial diputuskan dari kegunaan nilai tersebut. Jika berkhasiat dipertahankan, jika tidak akan terbuang seiring dengan berjalannya waktu sebagaimana dikutip Arif Rohman dkk.; 2003).

Jenis-Jenis Nilai Sosial

Setiap individu mempunyai sesuatu yang dianggap baik dan luhur. Oleh akhirnya, perkembangan nilai sosial dalam penduduk kian banyak. Banyaknya nilai-nilai sosial yang dipakai sebagai anutan dalam bertingkah laris, mendorong Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai-nilai tersebut. Menurut dia, nilai sosial dikelompokkan menjadi tiga macam yakni: 
  1. Nilai material, merupakan nilai yang timbul sebab bahan tersebut. Sebagai contoh, watu kali. Secara materi batu kali mempunyai nilai tertentu. Hal ini disebabkan kerikil kali mampu dipakai untuk membangun suatu rumah tinggal. Nilai yang yang terkandung dalam watu kali ini dinamakan nilai material. 
  2. Nilai vital, merupakan nilai yang timbul alasannya adalah daya kegunaannya. Contoh payung. Payung memiliki kegunaan untuk menaungi badan dari air hujan. Apabila payung ini bocor maka nilai kegunaan payung menjadi berkurang. Nilai payung oleh karena kegunaannya dinamakan nilai vital. 
  3. Nilai kerohanian, bersifat absurd yang berkhasiat bagi rohani insan. Menurut beliau, nilai spiritual meliputi nilai kebenaran (realita) yang bersumber dari nalar insan, nilai keindahan yang bersumber pada komponen rasa insan, nilai kebaikan yang bersumber pada komponen kehendak dan nilai religius yang ialah nilai ketuhanan yang bersumber pada dogma/ kepercayaan insan. 
Selain itu, bila dilihat dari sisi orientasinya terdapat lima nilai mendasar dalam kehidupan manusia, ialah nilai tentang hakikat hidup, nilai tentang hakikat karya, nilai tentang hakikat kekerabatan insan dengan sesama, nilai tentang korelasi insan dengan alam, serta nilai perihal hakikat kedudukan manusia dalam ruang waktu. 

Kesemua nilai tersebut dicetuskan oleh seorang sosiolog yang juga seorang antropolog yang bernama Clyde Kluckhonn (Arif Rohman dkk.; 2003). Berdasarkan fungsinya, nilai dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk, adalah nilai integratif dan disintegratif. 
  1. Nilai integratif yaitu nilai-nilai di mana akan menawarkan tuntutan atau mengarahkan seseorang atau kelompok dalam perjuangan untuk meraih harapan bersama. Sifat nilai integratif dalam universal, contohnya sopan santun, empati, kepedulian, dan lain-lain. 
  2. Nilai disintegratif adalah nilai-nilai sosial yang berlaku cuma untuk sekelompok orang di kawasan tertentu. Makara, sifat nilai disintegratif yakni setempat dan sungguh etnosentris. Oleh karena itu, jika dipraktekkan pada lingkungan sosial budaya lain akan menimbulkan pertentangan sosial, alasannya adalah terjadi benturan-benturan nilai yang berlainan. Contoh: dalam hal memberi sesuatu kepada seseorang. Orang Prancis menerima atau memberi dengan tangan kiri ialah sesuatu yang wajar, tetapi bagi orang Indonesia memberi dengan tangan kiri diartikan sebagai penghinaan.

Ciri-Ciri Nilai Sosial

Segala sesuatu memiliki penunjukkhas atau karakteristik tertentu. Di mana lewat penanda itulah, sesuatu mampu diidentifikasi. Begitu pula dengan nilai sosial. Tidak semua hal atau sesuatu yang baik di mata penduduk mampu dianggap sebagai nilai sosial. Oleh alasannya adalah itu, tanda-tanda atau ciri-ciri nilai sosial antara lain (sebagaimana dikutip Abdulsyani; 2002): 
  • Nilai merupakan hasil interaksi antaranggota penduduk . Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis atau bawaan semenjak lahir. 
  • Nilai sosial ditularkan di antara anggota-anggota masyarakat melalui pergaulan. 
  • Nilai terbentuk lewat proses belajar yang panjang lewat sosialisasi. 
  • Nilai selaku alat pemuas keperluan sosial. Artinya, nilai berfungsi sebagai sarana untuk mencapai impian bersama. 
  • Nilai berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dengan lainnya. 
  • Masing-masing nilai dapat memiliki imbas yang berlainan terhadap orang perorangan dan penduduk secara keseluruhan. 
  • Nilai mampu memengaruhi perkembangan pribadi dalam penduduk baik nyata maupun negatif. 
  • Nilai ialah hasil seleksi dari aneka macam macam faktor kehidupan di dalam penduduk .

Baca Juga
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url