Dalam geografi terpadu, para andal geografi tidak hanya memfokuskan kajiannya pada objek material, tetapi lebih menekankan pada sudut pandang keilmuannya. Menurut Peter Hagget untuk menemukan persoalan geografi, maka digunakan tiga bentuk pendekatan, yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, dan pendekatan kompleks daerah.
1. Pendekatan Keruangan
Fenomena geografi berlawanan dari kawasan yang satu dengan kawasan yang lain dan mempunyai pola keruangan/spasial tertentu (spatial structure). Tugas para hebat geografi adalah menjawab pertanyaan mengapa contoh keruangan dari fenomena geografi tersebut terencana seperti itu, dan bagaimana terjadinya (spatial process).
Berdasarkan perbedaan ini muncul interaksi antarwilayah dalam bentuk adanya pergerakan manusia, barang dan jasa. Tema analisis keruangan ialah ciri utama dari geografi, selain itu, analisis keruangan juga paling besar lengan berkuasa kemampuannya untuk melakukan perumusan (generalisasi) dalam rangka menyusun teori.
Misal, pola aktual penggunaan pendekatan keruangan untuk mengkaji antara tingkat kemiringan lereng, jenis tanah, dan vegetasi dengan terjadinya abrasi.
2 Pendekatan Ekologi
Analisis ekologi memandang rangkaian fenomena dalam satu kesatuan ruang. Fenomena geografi membentuk suatu rangkaian yang saling berhubungan di dalam sebuah tata cara, dengan insan sebagai bagian terutama.
Memang benar bahwa tanpa manusia pun proses alam tetap berjalan dalam keseimbangan yang harmonis. Justru dengan campur tangan insan maka keseimbangan kadang kala menjadi terganggu dan bahkan hingga ke tingkat yang mengkhawatirkan.
Tidak mengherankan bahwa banyak di antara para jago geografi memasukkan analisis ekologi sebagai salah satu analisis geografi yang penting di samping analisis geografi yang lain. Analisis ekologi ini banyak digunakan dalam kehidupan insan, antara lain untuk mengkaji siklus hidrologi, siklus abrasi, pengelolaan DAS, serta pengelolaan lingkungan dan sumber daya.
Kelemahan analisis ekologi terletak pada kekuatan perumusan yang lebih kecil dibanding dengan analisis keruangan. Sebagai balasannya, kekuatan untuk membuahkan teori pun lebih kecil pula dan keunggulannya terletak pada konsentrasi yang lebih besar kepada masalah lingkungan.
3. Pendekatan Kompleks Wilayah
Analisis kompleks daerah ialah perpaduan antara analisis keruangan dan analisis ekologi. Kelemahan analisis kompleks wilayah adalah kurang jelasnya struktur serta konsentrasi yang berorientasi pada duduk perkara. Keunggulannya terletak pada fungsinya selaku sintesis yang memungkinkan pemahaman secara holistik dan komprehensif atas daerah.
Hal ini sungguh diharapkan di dalam pengelolaan lingkungan dan sumber daya. Pendekatan kompleks wilayah sebagai salah satu analisis geografi antara lain dikemukakan oleh Hartshorne (1939), Luckermann (1964), Broek (1965), Mitchell (1979), dan Hagget (1983).