Berbicara perihal terjadinya pertentangan di penduduk , tidak terlepas dari adanya kekerasan. Padahal, tidak semua pertentangan yang terjadi mesti diakhiri dengan tindakan kekerasan. Perhatikan dua pola konflik berikut ini.
Contoh 1
Anda selaku pelajar yang selalu ingin berprestasi. Anda mencari kepuasan dalam belajar. Untuk menerima hasil belajar yang baik, tidak jarang Anda mesti berhadapan dengan perbedaan pertimbangan , baik dengan guru di dalam kelas maupun dengan sesama sahabat di dalam sebuah diskusi. Sebagai bukti bahwa Anda tidak puas,
Anda akan mengajukan pertanyaan atau menyang gah pendapat yang dikemukakan oleh guru atau teman Anda dengan argumen-argumen yang Anda miliki. Untuk mencari kemufakatan dalam diskusi kelas tersebut, Anda ataupun sobat Anda tidak perlu mengakhiri diskusi tersebut dengan pertengkaran atau perusakan akomodasi sekolah. Guru akan menengahi perbedaan pendapat di antara Anda dan sahabat Anda sehingga kemufakatan terjadi dan mampu mengakhiri konflik tanpa ada kekerasan.
Contoh 2
Pertentangan yang terjadi antara kaum buruh di suatu pabrik tekstil yang menuntut peningkatan gaji atau dikeluarkan nya THR (Tunjangan Hari Raya). Masalah pendapatan atau gaji sangat berhubungan dengan hajat kehidupan maka tidak jarang dalam mengajukan tuntutannya tersebut, para buruh melaksanakan tindak kekerasan dengan menghancurkan fasilitas pabrik.
Berdasarkan dua contoh tersebut, pastinya Anda diperlukan mampu membedakan antara pertentangan dan kekerasan. Tidak selamanya konflik harus diakhiri oleh langkah-langkah kekerasan alasannya adalah kekerasan tidak sama dengan pertentangan.
Konflik merupakan proses sosial yang mau terus terjadi dalam penduduk , baik individu maupun kelompok, dalam rangka perubahan untuk meraih tujuan yang diharapkan, dengan cara menentang lawannya. Adapun kekerasan, merupakan tanda-tanda yang muncul sebagai salah satu efek dari adanya proses sosial yang umumnya ditandai oleh adanya perusakan dan pertengkaran.
Seringkali tindakan kekerasan muncul secara spontan pada penduduk . Tindakan kekerasan impulsif ini tujuannya tidak terang, kadangkala ditumpangi oleh kepentingan pihak-pihak tertentu yang sengaja ingin menciptakan kesemrawutan.
Sebagai acuan, tindakan kekerasan yang dilakukan suporter sepak bola. Oknum-oknum pendukung sebuah kesebelasan sepak bola melakukan pengrusakan dan pembakaran kemudahan-kemudahan lazim, seperti rambu-rambu lalu lintas dan taman kota, melempari rumahrumah penduduk sepanjang lintasan kereta api, dan lain sebagainya.
Tindakan tersebut dilaksanakan selaku bentuk ketidakpuasan alasannya adalah kesebelasan yang didukungnya kalah dalam permainan. Apakah tindakan kekerasan dari para suporter menciptakan tim kesebelasan sepak bola tersebut menjadi menang atau wasit akan mengganti skor kalah menjadi menang? Jelas jawabannya mustahil.
Tindakan kekerasan tersebut tidak memiliki tujuan apapun yang tertinggal hanyalah kerugian-kerugian bagi semua pihak. Contoh lain adalah tawuran antarpelajar yang selesai-simpulan ini kerap terjadi. Tawuran antarpelajar bahkan melibatkan antar sekolah, dan tidak jarang menjadikan kerusakan akomodasi umum, serta banyak meminta korban.
Berbagai alasannya adalah yang menyulut terjadinya tawuran tersebut memang bervariasi, yang intinya menjunjung tinggi solidaritas antarteman. Kekerasan hanya ialah salah satu indikator kerusuhan dalam menilai intensitas konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi di penduduk .
Charles Lewis Taylor dan Michael C. Hudson menciptakan beberapa indikator dalam menggambarkan intensitas pertentangan yang terjadi dalam penduduk Indonesia. Indikator-indikator tersebut yakni selaku berikut.
a. Demonstrasi (a Protest Demonstration)
Demonstrasi yakni sejumlah orang yang dengan tidak menggunakan kekerasan, kemudian mengorganisasi diri untuk melakukan protes terhadap suatu rezim, pemerintah, atau pimpinan dari rezim atau pemerintah tersebut; atau terhadap ideologi, kecerdikan, dan langkah-langkah, baik yang sedang dijadwalkan maupun yang sudah dikerjakan oleh pemerintah atau pihak yang sedang berkuasa. Contoh gerakan mahasiswa se-Jabotabek yang menggelar demonstrasi di Gedung MPR/DPR.
b. Kerusuhan
Kerusuhan intinya sama dengan demonstrasi. Hal yang membedakannya yakni kerusuhan mengandung penggunaan kekerasan fisik yang disertai dengan perusakan kemudahan umum, pemukulan oleh pegawapemerintah keselamatan atas pelaku-pelaku kerusuhan, penggunaan alat-alat pengendalian kerusuhan oleh abdnegara keselamatan, dan penggunaan aneka macam macam senjata atau alat pemukul oleh para pelaku kerusuhan. Kerusuhan umumnya dikerjakan dengan spontanitas selaku akibat dari sebuah insiden dan sikap golongan yang semrawut.
c. Serangan Bersenjata (Armed Attack)
Serangan bersenjata adalah tindakan kekerasan yang dikerjakan untuk kepentingan sebuah golongan tertentu dengan tujuan melemahkan atau bahkan menghancurkan kekuasaan dari kelompok lain. Indikator ini ditandai oleh terjadinya pertumpahan darah, pergulatan fisik, atau perusakan kemudahan biasa .
Jelaslah bahwa kekerasan cuma ialah akibat dari adanya pertentangan-pertentangan atau pertentangan sosial. Konflik-pertentangan sosial yang terjadi tidak selamanya mesti diikuti dengan kekerasan yang akan memunculkan problem gres.
Banyak kerugian dan penderitaan yang akan diakibatkan terlebih jikalau pertentangan tersebut tidak memiliki tujuan yang berarti, pengorbanan yang dijalankan oleh pihak yang berkonflik menjadi tidak berguna. Konflik-pertentangan sosial yang diakhiri dengan langkah-langkah kekerasan mirip beberapa teladan tersebut, ialah tahapan solusi pertentangan yang paling jelek.
Dengan kata lain kekerasan sangat rendah tingkatannya dalam mencari alternatif pemecahan problem untuk dapat menghindari atau keluar dari konflik yang sedang terjadi. Sebenarnya pertentangan yang terjadi mampu berfungsi selaku faktor aktual (penunjang) dan aspek negatif (perusak) bagi modal kedamaian sosial. Secara faktual, konflik dapat berfungsi sebagai pendorong tumbuhkembangnya kedamaian sosial. Namun, konflik dapat menimbulkan kekerasan yang memiliki kecenderungan terhadap perpecahan.